Di siang yang panas aku melihatmu menggigil
bahagiamu larut digenangi kesedihan
Masih tampak sebuah lebam di pipi--sisa pertengkaran semalam
coba kau samarkan
Dulu, aku pernah menanamkan luka di dadamu
lalu tumbuh
hingga mengubur kata maaf yang keluar dari bibirku
Dengan terpaksa, kata ikhlas kutulis
meski tintanya harus dari air mataku
--pun membuatkan jalan kepergian untukmu
Kini aku datang sebagai penggalan masa lalu
yang masih menganggapmu kesalahan terindah
kembali membawa dekap; tempat di mana
pernah kau baringkan segala resah
Jika kau izinkan sekali lagi, dinda
aku masih ingin menempatkanmu dalam pelukan
mengecup keningmu saat fajar
pun mengaitkan jemarimu ketika berjalan
Karena di dadaku
masih ada rindu yang mendoakanmu
2014/12/17
2014/12/03
Pada Malam yang Menggigilkan Kenang
Malam ini aku terbangun dengan napas tersengal--dibangunkan oleh mimpi yang dipenggal kesunyian. Seekor kunang-kunang terbang mendekat, membahasakan kata sesal yang terlintas di pikiranku. Malam ini bulan sudah melewati purnama kedua, sejak pertama kali aku meninggalkan ruangan ini. "Aku sengaja tak mengubah apapun di ruang ini, agar kelak ketika kau kembali, kau tak pernah merasa asing." katamu.
Langganan:
Postingan (Atom)