2014/05/31

Tak Ada Lagi Pungguk

Selamat tinggal, dinda
Kucukupkan penantianku
tak lagi aku inginkan peran sebagai pungguk
Menunggumu jatuh lagi ke dalam pelukan
serupa menanti hujan saat matahari sedang berkuasa
bukan tak bisa, hanya saja aku lelah.

Semua tentang kita, sudah dituliskan
pun tentang adanya kau
yang tak lagi menginginkan aku
mengetuk, dan mengukir lagi nama di kisah hidupmu.
Kukatakan padamu:
"Aku, adalah laki-laki beruntung,
yang pernah kau anggap puisi di hidupmu".

Lama aku menanam ketabahan
derai tangis—deras menguras sisa air mata
Cukupku telah menguburkan rindu bersama kenang
memugar dinding bernama kesabaran
dan menghapus namamu dari labirin ingatan.

Perlahan menata kembali hati yang rusak
oleh cemburu yang sering mengoyak
—merapikan seperti saat pertama kali kau datang
Membangun kembali istana tanpa nama
beri warna lain dari kisah di depan sana.

Selamat tinggal, dinda
Ketahuilah, ada debar saat kau menyapa
debar yang membuatku bisa
mencintai satu perempuan saja
dan sanggup tak meredup
dalam penantian lebih dari seribu malam.

2014/05/17

Cemburu

Dalam angkuhnya gigil malam,
sungguh aku ingin mengajakmu berjalan.
Menyusuri semua kenang
mencoba membuka telaga ingatan
tentangmu, aku, dan kita.
Kuakui aku pernah cemburu,
cemburu yang makin memburu
bahkan sanggup membunuh
Cemburuku; bukan seperti awan
menangisi kepergian hujan ke pelukan tanah,
meski akhirnya akan kembali padanya.
Tidak, cemburuku bukan seperti itu.
Aku ingin memelukmu erat, selama aku bisa
—dan selama kau ingin.